Debat Pilkada Kabupaten Probolinggo Berakhir Damai, Tapi Ada Drama Bernyanyi. Benarkah Ini Gambaran Pemimpin Masa Depan ???

Redaksi

 


Detik Nusantara Probolinggo - Debat kedua pilkada kabupaten Probolinggo yang diadakan disurabaya sudah berakhir dengan damai, Sabtu (02/10/2024). Dalam sebuah debat kandidat, kesempatan yang diberikan untuk menyampaikan visi, misi, dan solusi untuk masyarakat Probolinggo adalah sebuah tanggung jawab besar. Namun, amat disayangkan ketika Calon Wakil Bupati Kabupaten Probolinggo nomor urut 1, H. Abdul Rasit justru memilih untuk bersantai dan bernyanyi di sela-sela segmen debat—bukan sekali, melainkan hingga empat kali. Sikap ini menunjukkan, bukan keseriusan, melainkan ketidakpahaman tentang beratnya tugas memimpin Probolinggo.


Mari kita melihat kenyataan yang ada: Kabupaten Probolinggo masih berada di peringkat keempat termiskin di Jawa Timur, dengan angka kemiskinan 17,9%. Rata-rata lama sekolah hanya enam tahun, yang artinya banyak generasi muda kita yang tertinggal secara pendidikan. Ini bukan situasi yang layak dianggap ringan atau diwarnai guyon. Seorang pemimpin harus siap untuk bekerja keras, memahami akar persoalan, dan berkomitmen penuh pada upaya perbaikan, bukan malah bersikap santai dengan cara bernyanyi dan bercanda di panggung debat.(Ucap Sulaiman).


Sulaiman menambahkan Panggung debat adalah panggung untuk menunjukkan kualitas dan visi. Bernyanyi di tengah diskusi masalah serius justru menunjukkan ketidakpekaan dan mungkin bahkan ketidakmampuan memahami kompleksitas persoalan yang dihadapi masyarakat Kabupaten Probolinggo. Ini bukan soal popularitas atau hiburan; ini soal kepemimpinan yang serius dan tangguh.


Tambahnya Masyarakat Probolinggo tidak butuh pemimpin yang senang bernyanyi di panggung debat. Mereka membutuhkan pemimpin yang serius, yang memahami akar masalah, dan yang benar-benar fokus pada kerja nyata untuk perbaikan. Kabupaten ini membutuhkan seorang pemimpin yang kuat, yang siap membawa perubahan untuk kesejahteraan, kemajuan pendidikan, dan pengentasan kemiskinan dengan segala komitmen yang diperlukan, bukan pemimpin yang lebih asyik bernyanyi daripada membicarakan solusi.

(Team***)